Manusia=membahagiakan lingkungannya

Kita hidup di dunia ini, bukan hanya untuk diri kita sendiri, tapi juga orang lain,,hmm kalimat yang sederhana tapi mengena banget. Satu pengalaman gue, ketika berada di kelas ASP, adalah si Ibu ngomongin tentang 'bayi yang baru lahir'

Pernah gak sih, terpikir oleh kita, kita hidup dan datang ke dunia buat apa?
hmm dan gue tersadarkan oleh ocehan si Ibu tentang bayi ini,
"setiap manusia(bayi) yang baru lahir, apa tujuannya?"
".....(kelas diem)"
"Manusia lahir ke dunia, tujuannya adalah untuk membahagiakan orang lain, baik itu orang tuanya, dirinya sendiri, dan orang lain disekitarnya"

see, bener juga kata itu Ibu, kita hidup, bukan hanya dikelilingi oleh kepentingan pribadi,tapi juga kepentingan orang lain. Kita dikelilingi oleh banyak orang, yang berharap kita bisa berkontribusi buat mereka semua.

Oke, pilihan manusia pertama, adalah pasti membahagiakan dirinya, manusia yang gak pernah puas, selalu memiliki rasa 'itis' yang besar.
Apa itu Itis?
Menurut trainer gue, yang mengajarkan gue saat training Pengurus Pena Bangsa, Itis adalah kepentingan sendiri, jadi selama ini egois salah disalah artikan menjadi sifat. Padahal Egois,menurutnya, adalah penghubung antara it dan them(lingkungan)

Banyak orang-orang yang berharap sama diri kita, gak terkecuali keluarga kita sendiri kan?
Tapi, apa iya, orang yang berusaha mendukung kita, cari kesempatan buat kita, dan mencarikan jalan buat kita, kita diemin begitu aja? "aah yang penting keluarga?" gak make sense kalo kita gak pake kesempatan yang mereka kasih.
Tentu, setiap orang yang kasih kesempatan sama kita, pasti minta balasan, tapi gak semuanya meminta materi, kadang ada orang yang meminta kesuksesan yang akan kita dapatkan dari semua kesempatan yang udah dikasih sama orang itu?SALAHKAH ITU???TIDAK gue rasa

Dan, bagian terpenting adalah, bagaimana keadaan lingkungan disekeliling kita, bisa berbahagia, berikut dengan diri kita sendiri?Itu yang harus dicari caranya.

Saya, termasuk remaja yang akan memasuki usia yang dewasa, Kepala dua. Itu beban yang berat menurut saya, karena, orang2 akan memandang kita sebagai manusia dewasa, yang bisa menentukan kepentingan utama dan mana yang baik dan yang benar. Suatu tantangan baru yang akan saya hadapi dalam menuju usia 20 tahun.

Other people say, i'm mommy little girl, okey i appreciate that. Saya memang anak mama yang lebih suka jalan2 sama mama dibanding nongkrong gak jelas di kafe atau di mall, tapi ada suatu saatnya, saya berbahagia bersama dengan sahabat2 saya dan teman2 saya.

Saya sadar, dalam banyak hal, saya lebih dari orang lain, yang seumuran dengan saya. Saya bisa minta apa saja yang saya mau, bisa minta mendadak, dan akhirnya akan dikabulkan, tapi saya juga kadang masih merasa iri dengan mereka yang diatas saya. Tapi, hidup tidak harus selalu melihat ke atas bukan?dan itu yang ingin saya lakukan.

Teringat lagi tentang ocehan dosen ASP saya, 1 orang miskin, akan menghasilkan 2 orang miskin baru. Awal si Ibu ngomongin masalah ini, saya gak bisa berpikir dan saya bingung, gimana bisa??
Tapi, kemudian, si Ibu bilang, " kalau ada 1 orang miskin, misalkan 1 tukang becak,ketika dia menikah, istri dan anaknya akan menjadi orang miskin juga" begitu idealis dan teoritis, tapi kalau kita pikirkan, memang akan begitu. APALAGI KETIKA PEMIKIRAN ORANG TUA yang pasti akan dituruti anaknya, adalah PEMIKIRAN KUNO DAN PRIMITIF, dimana orang tua mencukupkan saja apa yang sebenarnya tidak cukup.

Pantas, di negara ini, banyak sekali kaum-kaum yang kekurangan, tidak akan bisa maju-maju.
trainer saya di Pena Bangsa bilang "ketika kita membantu satu orang anak, yang punya niat belajar, tapi kena kendala masalah ekonomi, kita juga harus liat alur jalan pikir orang tua anak tersebut." Hal ini, karena pemikiran orang tua akan sangat memengaruhi pola pikir si anak, yang pastinya akan lebih memilih membantu orang tuanya, daripada belajar, karena belajar akan menghabiskan uang dan waktu.

Kalau begitu, siapa dan apa yang sebenarnya salah, saya rasa teknik pemerintah sudah cukup baik, tapi karena banyaknya pemikiran yang masih "primitif" mana mungkin semua anak bisa bersekolah.

Ingat, Film Laskar Pelangi, dimana anak nelayan benar-benar pintar, punya kesempatan untuk hidup yang lebih baik, saya lupa namanya,, ketika anak itu mau membatu ayahnya bekerja dilaut, ayahnya melarang, karena dia ingin anaknya bersekolah. Tapi, nasib berkata lain, ketika ayahnya tidak kunjung pulang dari melaut, dan akhirnya meninggal.
Impian si anakpun kandas, karena dia masih punya adik kecil yang harus dia tanggung,padahal dia masih ada di kelas 5 sd(kalau tidak salah)

Banyak sekali sebenarnya kalau mau ditelusur lebih dalam tentang pemikiran orang2 dan realita yang ada, bukan hanya teori yang harus diterapkan.
Satu masalah akan menjadikan banyak masalah dan dampak yang berkelipatan (multiplier outcomes)

Komentar

Postingan Populer