Sekilas tentang 'men-desa'

Sebulan yang lalu, saya berangkat ke kota Jatinangor, Jawa Barat untuk persiapan mengikuti KKNM di desa Sumurugul. Di manakah desa itu? Desa itu terletak tidak jauh dari Purwakarta. Sekitar 45 menit hingga 60 menit perjalanan.
Awalnya saya paranoid tentang hidup di sana selama sebulan penuh. Tapi ternyata, bahkan kalau bisa saya ingin suasana kebersamaan itu kembali.

KKNM - Kuliah Kerja Nyata Mahasiswa.
Apakah KKNM itu? Awalnya saya berpikir KKNM adalah kuliah tidak berguna. Capek-capek ke desa. Capek- capek meninggalkan ke-hedonismean ibukota. Tapi, KKNM itu kuliah menyenangkan. Bukan kuliah secara materi pelajaran teori, namun kuliah praktik berinteraksi dengan masyarakat sekitar.
Di desa ini, saya tidak sendirian. Namun saya ditemani oleh 21 mahasiswa lain yang berasal dari berbagai fakultas, berbagai kepribadian, berbagai perilaku, dan berbagai pemikiran. Teman-teman saya itu adalah Manta, Gira, Dios, Alan, Agung, Reza, Itang, Sanan, Widdy, Novi, Alfi, Lita, Ismi, Tika, Rina, Fani, Ningsih, Dini, Imar, Rafin, dan Sarah. Mereka adalah tim saya selama di sana dalam mengerjakan berbagai program untuk desa.
Berbagai petualangan kami lakukan bersama. Tinggal di tiga rumah yang berbeda dengan satu rumah sebagai ' basecamp ' . Makan makanan desa yang tidak menggugah selera makan pada awalnya, jalan mendaki dan melewati jalan setapak menuju air terjun, jalan menyusuri desa untuk mencapai ke sekolah dasar, berpencar mendata warga dan menyebar undangan ke RT, bercanda bersama, tidur bersama, galau bersama, dan banyak kebersamaan yang tidak dapat tergantikan dengan momen lain.
Saat menulis tulisan ini, imaji saya membayangkan mengenai bentuk rumah pondokan tempat kami tinggal selama sebulan lalu, pemandangan burangrang, suara gitar teman-teman, kepulan asap rokok anak-anak, terminal dengan charge bb, hp, dan laptop yang selalu penuh, antrian kamar mandi, dan macam-macam kegiatan berkesan lain.
Di sana saya tidak kesepian. Awalnya saya tidak pernah membayangkan untuk mendapatkan teman baru, bahkan sahabat baru. Saya bisa bercerita kapan saja selama tenggang waktu 24 jam dalam sehari kepada teman-teman saya. Saya bisa mendengar dan melihat celotehan dan tingkah mereka yang kacau amburadul dalam 24 jam sehari. Galau, senang, sedih, semua bisa langsung saya ceritakan.
Dan tiba-tiba sekarang saya mencari mereka. Saya ingin mengucapkan apa yang saya rasakan di hati saya di pikiran saya. Namun, mereka berada sejauh 130 km bahkan 160 km jauhnya.




Komentar

Postingan Populer