Life Cycle Up and Down Seluler Genggam Pribadi

Pernah dengar yang namanya "Hidup itu berputar?" 
Pasti pernah, karena pepatah lama selalu mengingatkan kita bahwa hidup tidak selalu di atas, dan tidak juga selalu dibawah. 
Walaupun pada hal sekecil apapun , pasti hidup itu upside down.

Ada fase dimana hidup yang saya lalui begitu mudah. Dari kecil saya hidup berkecukupan. Bukan. Saya bukan dari keluarga kaya raya. Saya hanya dibesarkan dikeluarga yang berkecukupan. Dari kecil apa yang saya inginkan seringkali bisa terwujud , walau pasti tidak semua. 

Walau hanya barang yang mungkin bukan yang termewah, tapi saya bisa dapat versi kualitas medium ataupun rendahnya. Contohnya seperti handphone. Saya mengenal handphone pada usia SD. HP itu saya pakai berdua dengan mama saya. Waktu itu ukuran dan berat HP sangat berat dan besar. Saya ingat HP itu bermerek Ericsson. Saya pakai itu hampir sepanjang waktu, pada saat saya kelas 5 - 6 SD. Pakai HP itu seperti rasanya WAH sekali. walaupun hanya HP yang nebeng dengan mama saya. 
Lalu sejak saya kelas 1 SMP , saya dibelikan HP 3315 , yang pada saat itu berada di harga dan taraf medium low. HP itu baru, dan termasuk bergengsi dilingkungan teman-teman saya. Walaupun ada juga yang pakai Nokia seri 7 atau 8. Naik kelas lagi , sekitar kelas 2 SMP , saya minta HP Nokia 3300. Karena saya tidak suka N-Gage yang seperti teman-teman saya punya. walaupun pada saat itu, teman-teman saya ada juga yang pakai HP seri 5-6-7-8. Tapi walaupun saya tahu nilai HP itu tidak seberapa, saya senang sekali dan tidak ada juga yang harus dipamerkan di media sosial . Lanjut lagi, ketika saya SMA, HP saya ganti Sony Ericson (saya lupa serinya) yang bisa di lipat keatas dan bisa putar 360 derajat. Saya ingat mau HP itu karena melihat HP milik anaknya Hotman Paris , si Frank yang dia pakai karyawisata ke Bali. 
Selama itu HP saya terus berganti dengan tipe-tipe keluaran baru yang mungkin bukan yang terwah.
Pada saat jaman Blackberry pun saya selalu berganti HP dari Gemini ke Onyx. 
Lalu ganti lagi jaman Android ke Samsung Galaxy Note 2 ( yang pada saat itu saya sudah bekerja dan punya HP yang lebih canggih daripada Direktur pada saat itu ). 
Setelah itu, pada saat saya jadi ekspatriat di Myanmar, saya bisa beli Iphone 6 yang pada saat itu sangat Hits dan keluaran terbaru. Betapa bangganya saya. 
Iphone 6 itu saya pakai sampai sekarang, yah walaupun sekarang sedang rusak karena baterai yang menggembung. 

Sejak Iphone 6 , pikiran saya sedikit berubah karena hidup yang tidak lagi sama. Iphone ini saya pakai sejak 2015 hingga sekarang 2019. Sudah banyak jatuh, Sudah banyak bopeng. Sudah jelek kualitas memorynya. Tapi kalau bisa diperbaiki lebih baik saya perbaiki, karena sistemnya yang masih baik. 

Poinnya adalah, ketika dulu saya mudah untuk berganti gadget , mudah untuk dapat lifestyle yang terbaru dari teknologi yang berkembang, sekarang mau ganti hape seperti susah sekali. Banyak pertimbangan , entah uang, pengeluaran lain, dan lainnya. Dulu saya selalu bisa minta dan mendapat HP yang baru, tapi sekarang saya bisa pakai HP bekas orang lain. Agak sedih sebenarnya. Karna HP pengganti ini pun sudah tua umurnya. Sudah lemot, Kamera sudah tidak bagus. Yah tipikal android yang tidak bisa clear cache otomatis. 
Yang bermain disini mungkin bukan gengsi, tapi lebih ke perasaan " WHY " dulu saya begitu dan sekarang saya begini? 

Apa karna hidup yang sudah berubah, atau karena bukan lagi remaja labil yang gonta ganti gadget, atau karena apa? 

Atau mungkin karena , hidup memang berputar seperti roda?

Komentar

Postingan Populer