Akibat Society Judgment kepada seorang ibu

Pagi ini saya membaca blog di brightside.me tentang “There Is a Woman: 30, No Children.” A Staggering Article About How Blind We Can Be to Other’s Feelings

Saya sering menemukan hal ini lumrah terjadi dikalangan kita. Judgement kepada orang lain. Apakah hubungan kita dekat atau jauh , apakah kita sodara atau hanya sekedar kenalan, kita sering menjudge kalau orang lain salah.

Pertanyaannya, apakah orang lain itu benar salah? atau karena kita punya pandangan yang berbeda dengan orang lain? Lalu apakah karena perbedaan pandangan itu lantas orang lain jadi salah?

Sering kita berkata semaunya.Tidak memikirkan apa perkataannya nyakitin orang lain atau tidak. Mungkin maksud kita baik memberi tahu, memberi komentar yang sekiranya mungkin menjadi motivasi. Apa iya? benar begitu? Seringkali tidak. 

Berkata kepada ibu yang baru melahirkan tentang banyak hal yang mungkin kita anggap lumrah . ya lumrah bagi lingkungan sosial , seperti :

• Kemarin lahiran normal apa caesar? kok caesar ? kenapa ? ih dokternya males ya buat normal, kebanyak dokter jaman sekarang begitu. Lalu kemudian dijawab dan hanya bisa berkata "oooh caesar karena anaknya kelilit tali pusar ya" atau "..oooh caesar karena ibunya pre-eklamsia". Ternyata misjudgement. 
• Asinya gimana? Lancar? loh kok dikasih sufor. Asi itu adalah makanan dan minum paling baik buat bayi. Asi blablablabla. Kok ga dikasih Asi aja? Lalu dijawab dan hanya bisa berkata "oooh ibunya ada sakit  harus minum obat antibiotik". 

Tapi society sering kali TIDAK MAU MENERIMA APAPUN ALASAN SI IBU YANG TIDAK MEMBERIKAN ASI KEPADA ANAKNYA. 

• Ih anak sapi ih minumnya susu sapi. Padahal nanti pas udah 2 tahun lebih anak lo juga minum susu sapi, lo sampe tua juga minum susu sapi. Berarti lo sapi sapi juga lah. Fck off.
• Lah kan salah lo , lo ga dengerin gue sih , gue udh kasi tau harus begini begitu, lo sih ngeyel ga dengerin kata gue. Padahal si ibu sudah jungkir balik  minum apa-apa , tidak diet, minum semua booster, tapi tetap tidak bisa memenuhi standar society.
• Harusnya anaknya ga dikasih susu formula. harusnya dinenenin aja terus sampai asinya banyak. Padahal anaknya udah kekurusan dan judgement dokter sudah kurang berat badan). untung gak mati.
• Ih lo kok asinya dikit sih , lo harus berpikir positif. lo harus dipijet laktasi . lo harus a , lo harus b, lo harus c. Padahal si ibu dari awal sudah mengalami stress berkepanjangan yang tanpa disadari disebabkan oleh society sendiri. Karena pada saat hamil melihat teman yang sudah lahiran di judge kejam oleh lingkungan, ibu, suami, saudara, sahabat sendiri

Merek yang bisa berkata seperti contoh kalimat-kalimat diatas mungkin lupa. Lupa karena punya berkat yang mungkin buat orang lain lebih besar . Lupa orang lain punya metabolisme yang berbeda. Lupa tingkat stress manusia berbeda. Lupa kalau perkataan yang menyakitkan bisa membuat stress untung gak gila. Lupa saking mereka berlebih dan belum pernah mengalami kekurangan. 

Bahkan judgement society sendiri bisa terjadi dari orang-orang tua atau muda. Ya umur memang tidak bisa menentukan orang itu bijak dalam berkata atau bertindak.

Sama , saya juga suka begitu menjudge situasi orang lain. Lupa orang lain kadang mengalami hal lain yang mungkin tidak masuk dalam kemudahan hidup atau kesukaran hidup saya. Saya juga belajar untuk terus menghargai orang lain.

Sulit memang memahami perasaan atau pandangan orang lain. Seringkali kita malah berkata :"Kok kamu gitu , kok dia gini , kamu kurang gini ,dia lebih gitu".

Orang yang terdekat , yang diharapkan jadi bantuan , malah jadi bumerang. Malah menyakiti hati. malah bikin takut, malah bikin stress. Ya, kita mungkin berharap yang baik buat orang lain, tapi pernah kitapikir, apa itu hal yang menurut dia baik? Pasti hal itu terlewat.Lalu  kita berpikir "ih sensi banget , ah bodoh sekali, ah sukurin , emang enak , gak dengerin omongan gue sih".

Lalu apakah pikiran jahatmu itu membantu? tidak tuan , tidak nyonya. Si ibu akan tetap pada keadaannya. Apalagi kalau memang orangnya sensitif atau orangnya sudah sakit hati dengan omonganmu. Lalu apa anaknya bisa enak minum asi? Tidak nyonya, asi si ibu malah habis berhenti karena stress menanggapi omonganmu